Definisi Morfologi
05.04
By
Unknown
SPRACHWISSENSCHAFT
0
komentar
1. Definisi
Morfologi
Morfologi adalah cabang
linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta
fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,1987:19).
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasaYunani morphe yang digabungkan
dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang
terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu,
kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan
kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu,
perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata
yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam
morfologi adalah morfem pada tingkat
terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap makna (arti) dan kelas kata.
1.1. Morfem
Morfem
merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi. Apakah
yang dimaksud dengan morfem? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Morfologi
Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang
memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam bukunya Morfologi
Bentuk dan Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang
mengandung makna. Hal serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem
merupakan satuan gramatik paling kecil yang tidak mempunyai satuan
lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch dan Trager dalam Kushartanti
(2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk baik bebas
maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung
arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah
satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.
Sebagai
contoh bentuk tulis adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi
menjadi bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti
leksis. Bentuk meN- juga merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk
terkecil bahasa Indonesia, walau tidak mempunyai makna leksikal, tetapi
mempunyai makna gramatikal.
a. Identifikasi Morfem
Untuk
mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada tujuh prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem
(Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut:
1. Dua bentuk yang sama atau lebih
memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata bunga pada
ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
Ø Ibu membeli seikat bunga mawar untuk kakek.
Ø Ayah menanam bunga melati di taman
Ø Bibit bunga melati itu dibeli ayah
di Bandung
2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila
memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata
bisa pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
Ø Adik bisa mengerjakan ulangan dengan
baik
Ø Ayah terkena bisa ular.
3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi
memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata
sukar dan sulit pada kedua kalimat berikut adalah dua
morfem yang berbeda.
Ø Ayah sulit membaca jika
tidak menggunakan kaca mata.
Ø Sejak terkena penyakit rabun senja
ibu sukar melihat.
4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda
sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan
bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya bentuk-bentuk
seperti be, ber, dan bel pada
kata-kata berikut adalah morfem yang sama.
Ø bekerja
Ø berujar
Ø belajar
5.
Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah
juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk hitam legam, kuning langsat, tua renta.
6. Bentuk yang muncul berulang-ulang
pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama merupakan morfem
yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut adalah sebuah
morfem yang sama.
Ø menulis
Ø tertulis
Ø penulis
Ø ditulis
7.
Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih
besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi, merupakan
morfem yang sama.
Ø Kaki Adi terantuk batu.
Ø Kaki meja itu terbuat dari batu
pualam.
b. Morfem dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebebasannya. Antara lain akan dibahas secara rinci:
1. Berdasarkan kebebasannya untuk dapat
digunakan langsung dalam petuturan morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas
dan morfem terikat.
a) Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang
tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya,
bentuk , pulang , makan, rumah, dan bagus.
Misalnya:
1. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
2. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“,
“me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
b) Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam
pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Berkenaan
dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan. Yaitu:
Pertama,
bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul,
dan baur juga termasuk morfem terikat,
karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam
pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi.
Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial.
Kedua,
sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep
Verhaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca,
tulis, dan tendang juga
termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru
merupakan ”pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan, sesudah
mengalami proses morfologi.
Ketiga,
bentuk-bentuk seperti renta (yang
hanya muncul dalam tua renta), kerontang
(yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk
morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu,
maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
Keempat,
bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti dari, pada, dan
kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara
sintaksis; merupakan bentuk terikat.
Kelima,
yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya;
apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya
satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya
dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan.
Umpamanya, klitika -lah dalam bahasa
Indonesia.
Proklitika
adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enlditika adalah
klitika yang berposisi di belakang kata yang ditekati, seperti -lah , -nya, dan –ku.
1.2.
Morf
Di
samping istilah morfem dan alomorf ada pula istilah morf. Morf adalah satuan
bentuk terkecil yang sudah mempunyai arti, yang tidak atau belum dibicarakan
dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Pada hakikatnya morf adalah deretan
fonem. Karena itu morf-morf kita tuliskan secara fonemis. Dalam bahasa
Indonesia kita jumpai kata seperti tulis,
menulis, penulis, ditulis, dan sebagainya. Dengan melihat deretan bentuk
itu saja, kita dapat mengetahui bahwa ada bagian bentuk yang dapat kita
pisahkan dengan mudah, yaitu tulis. Dengan demikian kita dapat menetapkan
bahwa / tulis/, / meN /,/pe/, / di/ merupakan satuan terkecil yang bermakna.
Satuan-satuan itu masing-masing disebut dengan morf.
Satuan
me- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny- meng-, dan me-,
misalnya pada membawa, mendatang,
menyuruh, menggali, dan melerai. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-,meng-
,dan me-, masing-masing disebut dengan morf, yang semuanya merupakan alomorf
dari morfem meN- .Contoh lain, morfem ber, yang terdiri dari morf ber-
pada kata berjalan, morf be
- pada kata bekerja, morf bel-
pada kata belajar. Morf ber-, be-,
dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem ber-.
Dari
penjelasan di atas tampak bahwa sebenarnya morf dan alomorf adalah dua nama
bagi wujud yang sama. Kushartanti (2001:150) mengatakan penamaan yang berbeda
itu dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan tingkat analisisnya. Jika wujud
itu (yakni satuan kecil yang bermakna) tidak dikaitkan dengan morfem
tertentu wujud itu bernama morf. Jika wujud itu sekarang dilihat sebagai anggota
sebuah morfem, maka wujud itu menjadi alomorf morfem tersebut.
1.3. Alomorf
Morfem
sebenarnya merupakan barang abstrak karena ada dalam konsep. Sedangkan yang konkret,
yang ada dalam petuturan adalah alomorf, yang tidak lain adalah realisasi dari
morfem itu. Jadi, alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat
nyata/ada. Umpamanya morfem {-me} tulis direalisasikan dalam bentuk prefix me-
seperti terdapat pada menulis. Pada umumnya sebuah morfem hanya memiliki sebuah
alomorf. Namun, ada juga morfem yang direalisasikan dalam beberapa bentuk
alomorf. Misalnya, morfem {me-} memiliki enam bentuk alomorf seperti yang
nampak pada bagan.
Morfem
|
Alomorf
|
Contoh pada kata
|
Me
|
Meng
|
menguras, mengarang menghitung.
|
Mem
|
membuat, memuja, menbantu.
|
|
Men
|
meniru, menidurkan
|
|
Meny
|
menyiram, menyuci, menyatu
|
|
Me
|
melihat, melirik, meralat
|
|
Menge
|
Mengecat
|
Keraf dalam Kushartanti
(2005) mengatakan bahwa variasi
itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung
kepada jenis fonem awal sebuah satuan yang
dilekati oleh morfem tersebut. Perubahan /n/ itu harus
homogen. Sebagai contoh
/n/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem
/b/.fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. Sedangkan yang dimaksud dengan
morf adalah wujud kongkret dari alomorf itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zaenal dan Junaiyah.2007.Morfologi (Bentuk,
Makna, dan Fungsi).Jakarta.:PT.Grasind.
Chaer,
Abdul.2008. Morfologi Bahasa Indonesia.Jakarta:
Rineka Cipta.
-------.2007.
Linguistik Umum .Jakarta: Rineka Cipta.
0 komentar: