Alat- alat Produksi bunyi
05.06
By
Unknown
SPRACHWISSENSCHAFT
0
komentar
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia berkomunikasi
melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Jika komunikasi dilakukan
dengan menulis, maka tidak ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya.
Sebaliknya, jika komunikasi dilakukan melalui berbicara, alat ucaplah yang
memegang peranan penting. Alat ucap inilah yang nantinya menghasilkan bunyi
bahasa.
Bunyi bahasa merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap
manusia seperti; pita suara,
lidah, dan bibir. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk
mengungkapkan sesuatu. Bunyi
bahasa ini dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.
Dengan adanya alat ucap pada manusia, kita dapat
berkomuniakasi dengan orang lain
secara lisan. Namun, Tidak menutup
kemungkinan pula dalam proses menghasilkan bunyi, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi alat ucap ketika menghasilkan bunyi. Ada beberapa
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam menghasilkan bunyi, anatara lain;
bagaimana bunyi itu terjadi, rincian bunyi ujaran, adakah yang mempengaruhi
terjadinya bunyi, dan macam-macam bunyi berdasarkan klasifikasi tertentu. Untuk
menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, makalah ini secara singkat akan
menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan produksi bunyi bahasa tersebut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apa saja alat-alat produksi bunyi?
2.
Bagaimana Proses terjadinya bunyi!
C.
Tujuan Dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka
tujuan dan manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk
mengetahui alat-alat produsi bunyi
2. Untuk
mengetahui proses terjadinya bunyi
BAB II
PEMBAHASAN
Jika kita mendefinisikan kata produksi, maka diartikan
sebagai menghasilkan. Sehingga jika kata produksi itu melekat pada kata produksi
bunyi, maka dapat diartikan sebagai menghasilkan bunyi. Dalam uraian ini akan
dibahas secara singkat mengenai produksi bunyi. Produksi bunyi yang berkaitan
dengan bunyi ujar. Produksi bunyi dalam proses pembentukan bunyi ada tiga
faktor yang terlibat, yaitu : a) sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh
paru-paru), b) alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok,
kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung), c) artikulator (penghambat).
Proses pembentukan bunyi bahasa
dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita
mengeluarkan nafas, paru-paru menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus
udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara. Arus udara dari paru-paru
dapat membuka kedua pita suara yang merapat hingga menghasilkan cirri-ciri
bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di
sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri
atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan binyi bahasa
yang berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut
dengan bunyi oral, sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung
disebut dengan bunyi sengau atau nasal. Adapun bunyi bahasa yang arus udaranya
sebagian keluar melalui mulut dan sebagian melalui hidung disebut dengan bunyi
disengaukan atau dinasalisasi (Hasan Alwi, dkk: 2005:48).
A.
Alat-alat
Produksi Bunyi
Secara garis besar bunyi yang keluar
dari mulut manusia bukan suatu peristiwa yang muncul secara tiba-tiba begitu
saja tanpa ada proses terjadinya. Secara nyata, bunyi ujar/ bahasa tersebut
terjadi ketika diawali adanya udara masuk ke paru-paru. Bermula dari udara itu
dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari sekat
rongga dada. Apabila udara itu mengalir ke atas, melalui larinx dan farinx,
lalu ke depan dan keluar mulut atau hidung atau kedua-duanya, arus udara itu
dapat dihambat atau dirintangi pada berbagai tempat seluruh jalan itu dan
bentuk dari ruang-ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah. Apabila pada saat
bunyi itu keluar dari rongga mulut dan hidung mendapatkan halangan atau
penyempitan dan disertai dengan bergetarnya atau tidaknya pita suara maka akan
mengasilkan bunyi-bunyi kontoid/ konsonan. Sedangkan, bila saat
keluarnya tidak disertai hambatan atau penyempitan pada rongga mulut tetapi
disertai penyempitan pada glotis sehingga pita suara turut bergetar maka akan
dihasilkan bunyi-bunyi vokoid/ vokal.
Berikut ini
bagian-bagian tubuh kita yang berperan dalam melakukan produksi bunyi
bahasa.
1.
Bibir (labia) sebagai pintu penjaga rongga
mulut.
2.
Gigi (denta) dibedakan atas gigi atas dan
gigi bawah.
3.
Langit-langit keras (palatum) merupakan
susunan tulang.
4.
Langit-langit lunak (velum) berfungsi
sebagai artikulator pasif sedangkan artikulator aktifnya ialah pangkal lidah.
5.
Gusi dalam (alveolum) berfungsi
sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.
Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.
6.
Lidah (tangue) berfungsi sebagai artikulator
aktif.
7.
Rongga Kerongkongan (pharynx) berfungsi
sebagai saluran makanan dan minuman.
8.
Pangkal Tenggorokan (larynx) adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.
9.
Paru-paru untuk pernafasan.
B.
Proses
Produksi Bunyi
Secara
garis besar, proses produksi bunyi adalah sebagai berikut:
1. Udara keluar dari paru-paru melelui
glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh pita suara. Ukuran celah yang
dibentuk oleh pita suara ini berperan dalam menentukan bunyi yang dihasilkan.
Jika
glottis menyempit, aliran udara yang melewati celah yang dibentuk oleh pita
suara ini mampu menggetarkan pita suara. Pita suara yang bergetar ini
menimbulkan suara. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang dihasilkan denagn cara
mempersempit glotis disebut bunyi bersuara. Bunyi-bunyi bersuara ini anatara
lain adalah [i], [a], [b], [g], dan [m].
Jika
glottis terbuka lebar, aliran udara leluasa melewati pita suara. Dalam keadaan
yang demikian, pita suara tidak bergetar dan tidak menimbulkan suara. Oleh
karena itu, bunyi-bunyi yang dihasilkan dengan cara membuka glottis sepenuhnya
disebut bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi yang tak bersuara ini antara lain
adalah [s], [f], [p], dan [k].
2. Getaran udara yang dihasilkan oleh
celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga mulut atau hidung sesuai
dengan posisi langit-langit lunak atau velum
yang berfungsi sebagai pengatur
jalur aliran udara
3. Jika langit-langit lunak membuka
jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator yang berada di rongga mulut
berfungsi menutup aliran udara. Sebagai akibatnya, uadara sepenuhnya melewati
rongga hidung. Perbedaan articulator yang menghambat aliran udara melewati
rongga mulut menghasilkan jenis bunyi yang berbeda.
4. Aliarn udara yang menuju ke mulut –
disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup – dapat bebas keluar dari mulut
tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator yang ada di dalam rongga mulut.
Proses
artikulasi meruapakan proses produksi bahasa yang paling penting dalam
pembelajaran berbicara. Secara sadar dan kasat mata proses atikulasi dapat
dilihat dengan mudah, tanpa memerlukan alat bantu. Seseorang yang akan
mengucapkan kata-kata, secara sadar mengatur alat ucap yang dimilikinya untuk
merealisasikan bunyi kata-kata yang diinginkan. Dalam keadaan normal, manusia
tidak perlu memikirkan bagaimana cara menggetarkan pita suara, cara
menghembuskan udara, serta cara mengatur jalur aliran udara.
5. Pada saat aliran udara berhasil
melewati rongga mulut atau hidung – yang diatur oleh articulator – bunyi bahasa
terdengar. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan udara melewati rongga
mulut disebut bunyi oral. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan udara
melewati rongga hidung disebut bunyi nasal.
C.
Pembentukan
Bunyi
Ø Pembentukan Vokal
Cara Pembentukan Vokal
Istilah
vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai
kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu,
yang telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
a. Pembentukan
vokal berdasarkan posisi bibir
Berdasarkan bentuk bibir
sewaktu vokal diucapkan, vokal dibedakan atas:
1) Vokal
bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, u, o,
dan a.
2) Vokal
tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau
terbentang lebar. Misalnya, i, e
b. Pembentukan
Vokal Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya
lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1) Vokal
tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke rahang atas : i
dan u.
2) Vokal
madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah menjauh sedikit dari
rahang atas : e dan o.
3) Vokal
rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah diundurkan lagi
sejauh-jauhnya : a.
c. Pembentukan
Vokal Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang
bergerak atau maju mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1) Vokal
depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya lidah bagian
depan, seperti : i dan e.
2) Vokal
tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah,
misalnya dan a.
3) Vokal
belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian
belakang atau pangkal lidah, seperti : u dan o.
Ø Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan
pada empat faktor, yakni:
a. Pembentukan
Konsonan Berdasarkan Daerah Artikulasi
ü Konsonan
bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator
dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
ü Konsonan
lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai
artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
ü Konsonan
apiko-dentall, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah
antar gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
ü Konsonan
apiko-alveolar, yaitu konsonan yang
dihasilkan olehe ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai
titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah s, z, r, l.
ü Konsonan
palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang
dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y.
ü Konsonan
velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang
dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut
sebagai artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, x, dan ή.
ü Konsonan
glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup
glottis.
ü Konsonan
laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita
suara terbuka terbuka lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui
glottis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.
b. Pembentukan
Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi
ü Konsonan
hambat (stop), yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi.
Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, dan
ü Konsonan
geser atau frikatif, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan
yang dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.
ü Konsonan
likuida tau lateral, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa
diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah
l.
ü Konsonan
getar atau trill, yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan
berulang-ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah r.
ü Semi-vokal, yaitu
konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.
Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi bilabial (w) dibentuk dengan tempat
artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
c. Pembentukan
Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara
atau begetar tidaknya pita suara, konsonan dapat dibedakan atas konsonan
bersuara dan konsonan tak bersuara.
ü Konsonan
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran
turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r,
ñ, j, η, g, dan R.
ü Konsonan
tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga
ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?,
f, Š, x, dan h.
d.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
Berdasarkan jalan keluarnya udara dari rongga
ujaran, konsonan dapat dibedakan atas konsonan oral dan konsonan nasal.
ü Konsonan
oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut.
Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š, x, h, r, l, w,
dan y.
ü Konsonan
nasal, yaitu konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui rongga hidung. Konsonan
yang dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.
BAB III
KESIMPULAN
·
Produksi
bunyi dalam proses pembentukan bunyi ada tiga faktor yang terlibat, yaitu : a)
sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru), b) alat ucap yang dilewati
udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga
hidung), c) artikulator (penghambat).
·
bagian-bagian tubuh kita yang berperan dalam melakukan
produksi bunyi bahasa.
1.
Bibir (labia)
2.
Gigi (denta)
3.
Langit-langit keras (palatum).
4.
Langit-langit lunak (velum)
5.
Gusi dalam (alveolum)
6.
Lidah (tangue)
7.
Rongga Kerongkongan (pharynx)
8.
Pangkal Tenggorokan (larynx)
9.
Paru-paru
·
Secara
garis besar, proses produksi bunyi adalah sebagai berikut:
a)
Udara
keluar dari paru-paru melelui glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh
pita suara. Ukuran celah yang dibentuk oleh pita suara ini berperan dalam
menentukan bunyi yang dihasilkan.
b)
Getaran
udara yang dihasilkan oleh celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga
mulut atau hidung sesuai dengan posisi langit-langit lunak atau velum yang berfungsi sebagai pengatur jalur aliran
udara
c)
Jika
langit-langit lunak membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator
yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara.
d)
Aliarn
udara yang menuju ke mulut – disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup –
dapat bebas keluar dari mulut tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator
yang ada di dalam rongga mulut.
e)
Pada
saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung – yang diatur oleh
articulator – bunyi bahasa terdengar
·
Ada
2 jenis Pembentukan bunyi, yaitu pembentukan vocal dan konsonan
DAFTAR
PUSTAKA
Resmini,
Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi,
Morfologi, dan Semantik).
Bandung : UPI PRESS.
Chaer,
Abdul. 2002. Psikolinguistik. Jakarta
: RINEKA CIPTA.
Alwasilah,
A, Chaedar. 1993. Linguistik Suatu
Pengantar. Bandung : Angkasa.
http://2011/10/23/fonologi-bahasa-indonesia/html. online (diakses pada
tanggal 29 September 2012)
http://dejavu-anakselatan.blogspot.com/2011/01/proses-produksi-suara-manusia.html. online (diakses pada tanggal 29 September
2012)
http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/fonologi-bahasa-indonesia/. online (diakses pada tanggal 29 September
2012)
http://muhlis-ikippgri-madiun.blogspot.com/2012/02/produksi-bunyi-bahasa-pada-manusia.html. online (diakses pada tanggal 29 September
2012)
http://indolugu.blogspot.com/2011/01/proses-produksi-suara-manusia.html. online (diakses pada tanggal 29 September
2012)
0 komentar: